Keesokan harinya saat
pelajaran berenang semua tampak biasa aja, tapi ternyata, percaya atau gak
kelima sahabat siswi itu menghilang.Karena panik tidak dapat menemukannya
dimana pun, kecurigaan kami terletak pada kolam air dingin yang dalam. Dengan
memohon ke penjaga kolam yang tidak percaya akan cerita kami, air kolom
tersebut dibuang. Terlihat oleh kami kelima anak itu didasar kolam, kepala
mereka membuat lingkararan, dari jauh mereka terlihat seperti kerangka
bintang.Di pusat lingkaran kepala mereka terdapat dengan jelas pijakan yang
dibuat oleh siswi yang mengutuk mereka.Bagi kami yang mendengar kutukan itu
terasa sangat nyata, tetapi baik pihak sekolah maupun medis menentang
kami.Mereka berlima yang salah karena telah bermain dikolam berbahaya itu,
penyebab kematian mereka karena kram kaki yang menyebakan mereka tengelam.
Tiga hari setelah
peristiwa kematian itu, siswi ini datang untuk mengucapkan perpisahan dan ucapan
turut berduka cita. Tapi kami semua menjauhinya, takut karena ia masih
menyimpan dendam, beberapa dari kami pun berlari. Kami memang menyakiti hatinya
saat itu, bagi kami semua itu benar, seorang virus haruslah dijauhi. Ia pun
pergi dan tak pernah terdengar kabarnya lagi. Kami yang mengetahui kejadiannya
pun memutuskan untuk melupakannya karena hal itu bertentangan dari berbagai
sisi. Guru psikologis kami menghilangkan ingatan kejam itu dari kami yang mulai
tidak terkontrol lagi. Awalnya aku juga tidak bisa mengingatnya sampai kamu
bilang kalau dia itu malaikat terselimuti iblis.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Jauhi dia, Pad” hanya itu kalimat terakhir
dari Louie, sebelum ia pingsan. Setelah ia bangun tampaknya ia telah melupakan
apa yang ia ceritakan. Louie kembali ke keceriaanya seperti biasa dan mulai
melakukan tugasnya. Tekadku untuk membawa Safira kembali seperti dulu semakin
besar, setelah mengetahui masa lalunya itu. Bukan membuatku takut atau mundur,
melainkan hal itu membuatku semakin tertarik kepadanya.Ia kuat, menghadapi
kenyataan itu seorang diri, kenyataan bahwa ia dijadikan bahan taruhan bagi
sahabat yang dia percayai. Walaupun salahnya karena tidak bertanya terlebih
dahulu dan langsung menghakim. Apa boleh buat jika kelima orang itu sudah tiada
dan para saksinya hilang ingatan semua. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah
tidak membiarkannya terseret kedalam neraka itu sekali lagi.
Selama
seminggu aku dan Safira pulang bareng, setiap melewati taman mawar aku pun
selalu menanyakan apakah mau berhenti bentar untuk membaca di gazebo. Setiap
hari pula aku didiamkan lalu ditinggalkannya. Tampaknya usahaku tidak sia – sia
hari ini ia berhenti berjalan ketika kuajukan pertanyaan yang sama, awalnya
kukira ia akan marah kepadaku. Tetapi dugaanku salah dengan santai ia menjawab
pertanyaanku kalau ia ingin menyiram tanaman mawar merah kesukaanya. Aku
mengangguk dan mengikutinya, ia asik sediri dengan kesibukannya menyiram
tanaman mawar tersebut. Bosan melihatnya aku pun berjalan kearah gazebo, angin
saat itu sangatlah bersahabat membuatku tertidur.Aku terbangun dengan cipratan
air dingin dimukaku, dia berani menyipratiku, segera aku berdiri dan
membalasnya. Kami asik perang air sampai air dibotol penyiram bunga habis,
setelah mengembalikan botol ketempat semula, kami kembali duduk di gazebo.
Angin semakin kecang dan baju yang basah membuatku kedinginan, bukan hanya aku
saja kudengar Fira pun mulai menggigil. Kuambil jaketku dan menyelimutinya,
perlahan kubantu dia berdiri lalu kuantar dia sampai ke depan rumahnya. Sambil
tersenyum hangat, aku melambai dan berlari pulang takut besok kena sakit.
#Icylandar#Fans Story#Icylandar Kingdom
Series#Grace Lavenia B#SMAK 7 Penabur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar