Selasa, 24 Februari 2015

Her Smile part 1 (Opening)

SMA bagi semua orang itu adalah masa yang paling dinanti –nantikan. Masa dimana kita diberikan kebebasan oleh orang tua kita untuk lebih mandiri dalam mengatur hidup kita, untuk bergaul dengan berbagai orang, untuk mendapatkan pasangan yang bisa dipamer-pamerin. Tapi tidak bagiku masa SMA ku dimulai dengan dipenuhi warna hitam yang membangkitkan seluruh masa kecilku yang amat buruk, tetapi sang dewa yang maha adil mendengar dan melihatku. Disamping warna hitam kelam ada setitik cahaya hangat yang selalu bersamaku hingga sekarang. Semuanya dimulai dari hari pertama masuk SMA terfavorit yaitu SMA Icylandar Kingdom.
Aku terlambat memulai masuk SMA karena Ibuku yang salah memesan tiket pesawat. Aku melawati masa orientasi peserta didik baru, senang juga sih bisa bolos acara yang paling gak penting setiap masuk ke jenjang baru. Ayah dan Ibuku merupakan musisi piano dan biola terkenal di dunia musik Internasional, pada waktu aku masih SMP kami sekeluarga pindah ke Kerajaan Paterolis yang sangat unggul di bidang musik. Begitu lulus SMP nenekku memintaku kembali Kerajaan Elves tempat kelahiranku untuk melanjutkan di sekolah paling bergengsi, dengan harapan aku dapat merubah masa - masa suram ketika aku masih SD, sehingga aku dapat memiliki rasa cinta terhadap tanah airku ini.
Aku memasuki SMA baru ini dengan berat hati, mengingat betapa menjijikan setiap pandangan dari orang disekitarku, yang hanya mampu melirik – lirik dan berbisik-bisik.Aku masuk dikelas WAR 1, kelas dimana berisi oleh para orang – orang yang lebih memiliki talenta di bidang peperangan.Walaupun tidak dibilang bidang kesukaanku dibandingan dengan bidang ahli obat-obatan maupun bidang hubungan pemerintahan kerajaan, bidang peperanganlah satu – satunya yang paling cocok untukku. Aku telah meliat jadwal pelajaran yang harus aku ikuti, ternyata selain teknik senjata, pengaturan penggunaan tenaga dalam, dan pembuatan startegi aku juga harus mempelajari ilmu pengobatan sederhana dan kepemerintahan Kerajaan Elves. Menyebalkan kenapa harus memilih bidang kalau pada akhirnya harus mempelajari semuanya, beberbagai alasan sudah kuberikan kepada nenek supaya memindahkanku dari sekolah khusus para jenius berkumpul. Tetapi nenek tidak peduli dan selalu bilang sekolah itu yang terbaik untukku menjadi Rakyat Kerajaan Elves yang baik, mau gimana lagi nenek tidak bisa dibantah.

Begitu aku memasuki kelas, lega hatiku mendapati aku murid pertama yang baru datang. Aku mengambil tempat di pojok belakang kelas yang bersebelahan dengan jendela, melepas ikat rambut dan membiarkan rambut hitam panjang ini melambai ditiup oleh angin dari jendela yang aku buka, mengambil posisi tidur dengan tangan yang terlipat diatas meja, melihat jam menunjukan bahwa aku masih bisa mengambil waktu sekitar 1 jam untuk tidur maka mengapa harus melewatkannya. Aku pun tertidur dengan angin sepoi – sepoi di sebelahku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berangkat super pagi itu kelebihanku apa lagi gak ikut masa orientasi bisa - bisa ketenaranku terkalahkan, apa lagi sekarang aku masuk ke SMA yang super elit yang banyak saingannya, tapi gak apa – apa aku ini ditakdirkan oleh sang Dewa untuk menjadi Idola so keep calm and be cool. Rasa penasaran menyelimutiku saat berada didepan kelas yang akan bersamaku selama 3 tahun mendatang. Kubuka pintu kelas dan medapati kelas yang kosong, hancur sudah rencanaku membuat teman sekelasku ini terkesan. Entah aku yang kepagian apa mereka yang kemalesan, inikan kelas untuk para ahli peperangan yang nomor satu di sekolah terfavorit sekerajaan, kenapa malah tampak berisi orang males semua, keluhku didalam hati. Sekali lagi aku melihat sekitar kelas dengan lebih teliti dan akhirnya aku mendapati ternyata ada yang sudah lebih dulu sampai di kelas kosong ini.Dia pasti bosan menunggu sehingga memutuskan untuk tertidur, setelah mengamatinya aku memutuskan untuk menyapanya sekedar ramah – tamahlah.
Aku mengambil posisi tepat berdiri disampingnya, dengan perlahan aku sentuh lengannya dengan harapan dia tidak terlalu kaget saat terbangun. Tiga detik kemudian dia terbangun, dan dia langsung melihat kearah jam di kelas lalu berpaling kearahku dengan muka penuh tanya. Kuberikan senyuman maut yang diwariskan ayahku untuk mengait hati para orang di sekiarku. Mimik mukanya tidak berubah jangankan membalas senyumanku ia malah semakin melipat bibirnya, menandakan bahwa ia sangat kesal. Bingung akan tindakan yang tidak pernah aku hadapi, “Pagi” hanya kata itu yang terlintas dalam benakku. Tapi tampaknya kata itulah yang membangkitkan amarahnya.

#Icylandar#Fans Story#Icylandar Kingdom Series#Grace Lavenia B#SMAK 7 Penabur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar